Rwa Bhineda
Rwa Bhineda
Kita tentu tidak asing lagi dengan istilah
Rwa Bhinneda. Rwa Bhinneda di lambangkan dengan kain Hitam-Putih atau
yang lebih dikenal dengan Saput Poleng atau Kain Poleng. Istilah Rwa
Bhinneda sangat akrab dengan kehidupan masyarakat Hindu di Bali. Rwa
Bhinneda adalah sebuah konsep perbedaan yang diciptakan Hyang Widhi Wasa
untuk menciptakan keharmonisan dan keseimbangan alam semesta. Dalam
filosofi China disebut dengan YIN-YANG. Secara harfiah, Rwa Bhinneda
terdiri 2 kata yaitu Rwa dan Bhinneda, yang mengandung arti Rwa berarti 2
sedangkan Bhinneda berarti Berbeda, Perbedaan.
.
Berangkat dengan pemahaman diatas, lalu orang mengartikan, bahwa setiap 2 hal yang berbeda dan nampak bertentangan selalu diistilahkan dengan Rwa Bhinneda. Padahal berbicara masalah Rwa Bhinneda, pemahaman dan pemaknaannya tidak hanya terlihat dalam konteks arti secara harfiah. Rwa Bhinneda, sejatinya membahas tidak hanya membahas yang nampak secara harfiah.
.
Dewasa ini makna Rwa Bhinneda semakin samar. Setiap perbedaan yang ada dimuka bumi ini sering dihubung-hubungkan dengan Rwa Bhinneda sehingga suatu kejadian sering di-excuse karena konsep Rwa Bhinneda tersebut. Rwa Bhinneda dalam pemahaman masyarakat, sering diartikan suatu sistem yang memutar kehidupan berkrama (bermasyarakat). Dengan kata Rwa Bhinneda ini, suatu perbuatan atau keadaan, maupun waktu yang senantiasa bertentangan. Dengan pertentangan inilah, hidup ini berputar.
.
Sangat ironi, termasuk mencuri, membunuh dan sejenisnya, ini sering dikatakan sebagai bagian Rwa Bhinneda, sehingga hidup ini berputar. Secara logika, siapapun manusia itu, baik polisi, tentara, penegak hukum politisi dan lain sebagainya, tentu tidak berharap ada pencurian, pembunuhan, perampokan dan lain-lain. Padahal bilamana dicermati, bahwa ketika tidak ada pencurian, pembunuhan, perampokan dan lain-lain, kehidupan ini tetap berputar.
.
Rwa Bhinneda memiliki hakikat yang sangat rahasia dan esensial. Sehingga tidak semua yang nampak bertentangan disebut Rwa Bhinneda. Apapun maknanya, konsep Rwa Bhinneda telah membentuk karakter orang Bali untuk toleran dan menghargai setiap perbedaan.
.Sumber : ig@filsafat_hindu
https://www.instagram.com/p/BfM8FdKBMWL/?taken-by=filsafat_hindu
.
Berangkat dengan pemahaman diatas, lalu orang mengartikan, bahwa setiap 2 hal yang berbeda dan nampak bertentangan selalu diistilahkan dengan Rwa Bhinneda. Padahal berbicara masalah Rwa Bhinneda, pemahaman dan pemaknaannya tidak hanya terlihat dalam konteks arti secara harfiah. Rwa Bhinneda, sejatinya membahas tidak hanya membahas yang nampak secara harfiah.
.
Dewasa ini makna Rwa Bhinneda semakin samar. Setiap perbedaan yang ada dimuka bumi ini sering dihubung-hubungkan dengan Rwa Bhinneda sehingga suatu kejadian sering di-excuse karena konsep Rwa Bhinneda tersebut. Rwa Bhinneda dalam pemahaman masyarakat, sering diartikan suatu sistem yang memutar kehidupan berkrama (bermasyarakat). Dengan kata Rwa Bhinneda ini, suatu perbuatan atau keadaan, maupun waktu yang senantiasa bertentangan. Dengan pertentangan inilah, hidup ini berputar.
.
Sangat ironi, termasuk mencuri, membunuh dan sejenisnya, ini sering dikatakan sebagai bagian Rwa Bhinneda, sehingga hidup ini berputar. Secara logika, siapapun manusia itu, baik polisi, tentara, penegak hukum politisi dan lain sebagainya, tentu tidak berharap ada pencurian, pembunuhan, perampokan dan lain-lain. Padahal bilamana dicermati, bahwa ketika tidak ada pencurian, pembunuhan, perampokan dan lain-lain, kehidupan ini tetap berputar.
.
Rwa Bhinneda memiliki hakikat yang sangat rahasia dan esensial. Sehingga tidak semua yang nampak bertentangan disebut Rwa Bhinneda. Apapun maknanya, konsep Rwa Bhinneda telah membentuk karakter orang Bali untuk toleran dan menghargai setiap perbedaan.
.Sumber : ig
Komentar
Posting Komentar